photo Dewata_zps19e63d5d.gif

"Janger Kolok" Berkesenian Dengan Keterbatasan

"Janger Kolok" Berkesenian Dengan Keterbatasan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcA19Q69CoE4xnqV9rv97uorxyVCpacT6e1PQIsact8i7bbGleM4HD_aIoCdRQQJX9sR48Cj08gAe4cps0Qvx2RsgiJNwFkd28PlgWHZmva3Dh9LEvg95SsM4JFbWr3HGCklP1k16DgQ/s72-c/janger.jpg

Berita Buleleng,

Berkesenian membutuhkan pengabdian yang tak kenal lelah dan kesenian tak akan pernah lekang oleh waktu. Mungkin hal inilah yang menjadi pendorong bagi masyarakat "Kolok" di desa Bengkala. Ada yang membuat membanggakan dengan masyarakat kolok di desa bengkala ini. Prinsip mereka ialah Menjadi cacat tak selalu menjadi hambatan untuk berkarya. Selain rajin dalam bekerja, mereka pun sangat antusias dalam berlatih seni. Bila kita berkunjung ke Bengkala, setiap sore kita mendapati para orang "kolok" berlatih tari "janger". Mereka memiliki sebuah grup tari yang diberi nama “Janger Kolok”, yang banyak tampil di pesta hotel-hotel internasional di Bali. Berbeda dengan tari janger di Bali pada umumnya. Tari Janger kolok hanya diiringi dengan gendang dan bukan gamelan lengkap. Grup yang semuanya bisu tuli ini menarikannya sempurna dengan melihat aba-aba dari penabuh gendang. Keunikan itu membuat seorang seniman film Singaraja, Putu Satria Kusuma membuat film dokumenter tentang kesenian Janger Kolok. Film ini berhasil meraih juara dua dalam ajang Festival Film Kearifan Budaya Lokal 2010 yang digelar oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, September tahun lalu.

Berita Terkait Lainnya:

Share this product :