photo Dewata_zps19e63d5d.gif

Apa Kabar "Wayang Wong Tejakula"???

Apa Kabar "Wayang Wong Tejakula"???
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEichBfrJzw1DbNge8Qm2Lcsi2LqsYFIzohOeU6ouWXIXkuO9dwFl7MO2Mv4VvkCKQ_iw-q22KqgI0aRI0uGTRKYd1V7UGeZnHejHtrqlJLsswEcYneQruqoQjSY7ZaKe4HBoPlFpia3iQ/s72-c/wayang.jpg
Berita Buleleng,
Topeng merupakan salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan manusia. Di Nusantara, sebagian besar suku dan etnis memiliki seni topeng, baik seni dalam bentuk seni rupa atau seni kriya (penciptaan topeng itu sendiri) atau seni topeng dalam bentuk tari atau seni pertunjukan. Di Bali, topeng yang biasa disebut tapel, hingga kini tetap diusung sebagai sebuah bentuk ekspresi manusia secara niskala maupun sekala, baik dalam bidang seni rupa maupun seni pertunjukkan. Di Bali terdapat sejumlah bentuk seni pertunjukan yang menggunakan topeng sebagai sarana utama. Misalnya seni Barong-Rangda, Topeng Pajegan, Topeng Panca, Prembon, dan Wayang Wong. Seperti juga kabupaten lain di Bali, Kabupaten Buleleng juga tremasuk salah satu wilayah penting dalam sejarah perkembangan topeng di Bali. Sebutlah Desa Tejakula di Kecamatan Tejakula bagian timur Kabupaten Buleleng. Di situ terdapat sekiatr 180 topeng atau tapel yang biasa digunakan oleh seka Wayang Wong di desa itu untuk memainkan kisah-kisah Ramayana. Jumlah itu belum termasuk topeng duplikat yang digunakan untuk memainkan Wayang Wong pada arena yang lebih sekular.

Sejumlah pemerhati topeng menyebut seni topeng di Tanah Air dipercaya berkembang mulai abad ke-17. Namun warga di Tejakula justru memperkirakan seni Wayang Wong yang menggunakan topeng khas di desa itu sudah hidup sekitar abad ke-16. Awal perkembangan wayang wong di Tejakula dimulai ketika dua orang pengalu (pedagang) datang ke desa itu untuk berdagang. Mereka adalah Sangsibatan dari Bangli dan Jelantik dari Klungkung. Mereka memutuskan tinggal di Tejakula. Dua orang itulah kemudian punya inisiatif merancang kesenian gambuh. Satu dari mereka menjadi penari parwa dan satu lagi menjadi penari gambuh. Dalam perkembangan selanjutnya kedua seniman-pedagang ini membentuk seka wayang wong.

Warga pun mengumpulkan kayu untuk dijadikan bahan tapel. Setelah kayu dipotong-potong, lalu ditinggalkan di sebuah tempat untuk dikeringkan. Ajaib, beberapa lama kemudian kayu-kayu yang sudah terpotong itu membentuk seperti wajah. Ada wajah seperti Anoman, ada seperti raksasa dan tokoh lain yang kerap dikenal dalam cerita-cerita Ramayana. Melihat keajaiban itu, semangat warga untuk membentuk seka wayang wong makin berkobar. Maka warga kemudian tinggal hanya membentuk dan mereka wajah secara lebih jelas dan lebih rinci. Sehingga bentuk-bentuk wajah tokoh dalam cerita Ramayana pun tuntas.

Generasi penerus seka Wayang Wong Tejakula, Ketut Suarna Dwipa, mengatakan bahwa warga Desa Tejakula kini mengempon sekitar 180 topeng. Topeng itu sungguh sakral dan distanakan di Pura Maksan. Topeng itu sangat beragam. Selain topeng berupa tokoh-tokoh penting dalam cerita Ramayana juga terdapat berbagai topeng dengan tokoh pendukung dalam cerita klasik itu. Topeng dari tokoh pihak Rama terdapat Rama, Laksmana, Wibisana, Sugriwa, Subali, Anggada, Susena, Nila, Nala, Gawa, Gawaksa. Tentu saja juga dua punakawan Tualen dan Wana (di Bali Selatan disebut Merdah). Di pihak Rahwana terdapat Rahwana, Kumbakarna, Patih Prasta, Akempana, Meganada, Surpenaka, Pregasa dan lain-lain dengan punakawan Delem dan Sangut. Di luar tokoh-tokoh penting itu terdapat topeng babi, gajah dan tapel hewan lain, termasuk berbagai bentuk wajah kera yang dalam cerita ada di pihak Rama.

Di antara topeng itu juga terdapat tapel rangda dengan bentuk yang agak berbeda dengan Bali selatan. Jika di Bali Selatan Rangda memiliki empat caling di bagian atas dan bawah, Rangda di Tejakula memiliki dua caling di bagian bawah saja. Rangda ini biasa dikeluarkan dalam Wayang Wong ketika memainkan lakon Katundung Anggada, di mana Anggada sempat bertemu Durga. Durga itulah yang menggunakan tapel rangda. Selain bentuk topeng, perbedaan wayang Wong yang khas dengan wayang wong lain di Bali adalah stilisasi gerakan penarinya. Misalnya, tokoh-tokoh kera saat bergerak biasa menggunakan langkah nyigcig atau menjinjit. Yang lebih khas, semua pemain dalam Wayang Wong Tejakula menggunakan topeng, termasuk Dewi Sita.

Tidak ada yang cemas kalau Wayang Wong Tejakula akan punah. Kini generasi muda di desa itu sudah punya jiwa besar untuk menyambung regenerasi seka. Selain dua tokoh warga, Tusan dan Sujana Kompyang, terdapat sejumlah generasi penerus yang setia melanjutkan sejarah perkembangan topeng di desa pesisir tersebut. Misalnya Suarna Dwipa, tokoh muda yang punya ambisi besar untuk mempertahankan eksistensi Wayang Wong Tejakula, bukan hanya sebagai sebuah peninggalan yang sakral, namun juga sebagai sebuah bentuk seni yang terus-menerus bisa dikembangkan.

Festival Internasional


Dengan hanya melihat Wayang Wong Tejakula saja sesungguhnya Buleleng bisa dimasukkan dalam salah satu daerah penting dalam sejarah topeng di Nusantara maupun di dunia. Sehingga tidak salah Internasional Marsk Arts and Culture Organization (IMACO) mempercayakan Buleleng menjadi tuan rumah Festival Topeng Internasional yang digelar November 2011 lalu. IMACO Conference 2011 di Singaraja Bali tentu menjadi momen penting bagi seniman topeng di Buleleng dan Bali. Wayang Wong Tejakula bisa ditunjukkan kepada dunia internasioal sebagai salah satu acuan dalam melacak kembali kelahiran seni topeng di dunia.

Seniman topeng, Wayan Sujana, mengatakan Buleleng memang layak menjadi salah satu daearh bersejarah dalam kelahiran seni topeng dunia. Apalagi, selain di Tejakula, terdapat juga seni wayang wong di Banyuatis. Bahkan Topeng Panca, Topeng Pajegan, dan bebondresan juga mulai muncul dengan arak di desa-desa di Buleleng. Seperti Nagasepaha, Penarungan, Banyuning, Pancasari, Lokapaksa, Patemon, Kalisada, Banjar, Anturan, Tejakula, Banjar Tegal. Topeng ini juga mula dikembangkan secara lebih professional di dua sanggar seni, yakni Dwi Mekar dan Santi Budaya. Menurut Sujana, di Desa Patemon seni Topeng Panca bahkan tergolong tua. Ini bisa dilihat dari bentuk awal topeng di desa itu yang berukuran besar melewati wajah normal manusia. Tapi kini bentuk disesuaikan dengan wajah normal sebagaimana topeng yang berkembang di daerah Bali lain.




Sumber : Balipost

Berita Terkait Lainnya:

Share this product :

+ komentar + 3 komentar

2 Juli 2015 pukul 19.28

itu gambar wayang kayakmya wayang wong dari kabupaten jembrana

2 Juli 2015 pukul 19.28

itu gambar wayang kayakmya wayang wong dari kabupaten jembrana

12 Agustus 2015 pukul 12.14

Bukan, itu memang wayang wong tejakula. Soalnya saya sendiri dr tejakula, jadi saya tau

Posting Komentar